Rabu, 18 April 2018

Si Bungsu Yang Menyakitkan

Hai hai, kali ini aku datang lagi dengan cerita pengalaman seru lagi, yuk baca yuk..

Si bungsu yang dimaksud gigi graham bungsu. Pasti udah pada taulah ya gigi graham bungsu yaitu gigi graham yang tumbuh terakhir atau paling belakang. Nah gigi graham bungsu aku ini, tumbuhnya miring dan hanya keluar sebagian atau disebut impaksi. Aku tau kasus gigiku waktu jamannya masih kuliah, saat ke dokter gigi untuk bersihin karang gigi, dokternya bilang kalau gigi aku ini impaksi, jadi harus operasi kecil. Dengar kata operasi ngeri juga donk ya, secara waktu itu belum pernah operasi dan itu gigi juga ga bermasalah, baik-baik aja, aku pun belum pernah ngerasain yang namanya sakit gigi.

Dan bertahun-tahun kemudian, kurang lebih 10 tahunlah ya. Setelah melewati yang namanya fase pernikahan dan fase melahirkan dengan operasi. Ini gigi bungsu mulai deh cari gara-gara. Awalnya sering ada makanan yang nyangkut di sela-sela gigi, jadi sering banget tiap habis makan merasa ga enak di gigi, terus korek-korek deh pakai tusuk gigi. Lama kelamaan, gigi serasa rontok sedikit demi sedikit, semakin rontok semakin gampang buat ngoreknya, eh suatu ketika itu rontoknya gede banget jadi bener-bener nimbulin lubang yang gede pula, bukan gampang lagi bersihinya tapi itu makanan malah masuk semua kelubang tersebut, haduh malah makin repot.

Nah karena berlubang ini jadi makin masalah deh, dan untuk pertama kalinya, si bungsu sakit. Sakitnya banget, seminggu full sakit tiap malam. Akhirnya memutuskan ke dokter gigi deh. Udah pada tau donk ya kalau biaya ke dokter gigi tuh cukup lumayan mengikis saldo di tabungan, hehe, jadi aku putuskan saja pakai BPJS. Lah wong BPJS bayar juga kan tiap bulan. Kunjungan pertama, ternyata dokter giginya lagi cuti. Balik lagi deh seminggu kemudian, dokter langsung nanya yang mana yang sakit terus periksa deh. Beliau bilang, gigi impaksi dan harus dicabut, tapi dengan operasi kecil di Rumah Sakit, hmm sudah kuduga. Beliau menyuruh untuk minta rujukan keesokan harinya. Kenapa harus besok? Karena katanya kalau pakai BPJS satu hari satu tindakan di poli yang sama. Jadi hari ini periksa, besok baru rujukan.

Dua hari kemudian, aku balik lagi ke klinik, minta rujukan. Mba admin kliniknya kok agak jutek ya melayani pasien BPJS, padahal kita juga bayar loh mba. Aku ditanya mau ke RS mana, dia sebutin RS yang bisa untuk rujukan, akhirnya aku pilih RS tempat aku pernah dirawat dan melahirkan dulu. Seminggu kemudian suamiku datang subuh-subuh ke RS untuk dapatein nomer antrian. Karena pasien BPJS pasti dibatasi deh. Eh pas udah lumayan lama ngantri, taunya di RS tersebut sudah tidak ada poli gigi yang melayani operasi kecil, dokter gigi spesialis bedah mulutnya tuh engga ada. Pulang tanpa hasil deh. Sakit gigi masih rutin aku rasakan setiap malamnya. Sempat berpikir juga, udah deh bayar aja, ga usah pakai BPJS, ga tahan sakitnya.  Cari info sana-sini, kisaran biaya cabut satu gigi sekitar 2-3 juta, belum jasa dokter dan obat. Waduh kenapa mahal banget ya. Oia klinik gigi gitu juga bisa nangani, harga lebih murah sekitar 500rb-an lah dari harga seharusnya, tapi yang ngerjain bukan dokter spesialis bedah mulut, tapi dokter gigi umum. Aku pikir-pikir lagi, agak ngeri juga ya.

Akhirnya seminggu kemudian aku balik lagi ke klinik faskes pertama ku, aku ceritain kalau di RS sebelumnya sudah tidak melayani kasus seperti ku. Akhirnya aku ganti tujuan RS, RS pemerintah yang sudah pasti ada SpBM nya.  Eh tapi Karena lumayan jauh dari rumah, kalau diliat dari maps nya gojek, sekitar 11 km. Jadi ya males deh kesananya. Namun suatu hari sekitar seminggu surat rujukan tersebut habis masa berlakunya, si bungsu sakit lagi yang teramat sangat, sampai kekepala, kuping hingga pundakku. Ampun sakitnya, akhirnya besoknya minta mas bro deh antri ke RS. Subuh-subuh sudah berangkat dari rumah, dia antri, pulang kerumah jemput aku, dan berangkat kerja. Hasil kerja kerasnya mas bro, aku dapat antrian nomer 2. Ga sampai setengah jam aku menunggu nama ku sudah dipanggil. Dokter yang memeriksa adalah dokter spesialis orthodenti. Dia periksa memastikan kalau benar impaksi, kemudian dia menyuruhku ronsen dan memberi tahu aku untuk datang lagi ketemu dokter SpBM nya di hari Selasa, Rabu atau Sabtu. Baiklah bu. Kemudian aku ronsen gigi, panoramic namanya. Antrian sungguh sangat bersahabat hari ini, aku ga terlalu memakan banyak waktu untuk menunggu.

Ronsen gigi, ini pertama kalinya ronsen. Jadi karena aku pakai anting, aku harus melepas dulu anting ku, peniti di kerudungku. Karena ga boleh ada logam saat ronsen. Karena antingku susah dibuka, jadi aku minta tolong sama mba yang lagi ngantri untuk ronsen juga. Ronsennya itu berdiri, terus disuruh gigit alatnya, biar ga goyang-goyang kali ya, pegangan juga sama alatnya, abis itu alatnya muterin kepala kita deh. Sudah selesai foto ronsennya, nunggu hasil dan ini pun ga lama. Pulang deh naik gojek. Sampai dirumah baru deh lihat hasil ronsenannya, waw beneran ada gigi tidur ya, si mas bro ga mau ketinggalan minta di fotoin hasilnya. Tapi agak bingung sama yang bagian atas, aku sampai menghitung jumlah gigi ku karena lihat hasil ronsennya.

Tiga hari kemudian aku balik lagi ke RS, sebelumnya mas bro udah ngantri nomer antrian sejak subuh. Kali ini aku dapat nomer antrian 1, yeaay, hasil perjuangan subuh. Nunggu setengah jam nama ku pun dipanggil, dokter melihat hasil ronsen ku. Dan fix menyatakan impaksi, dan memberi kabar baru, kalau dirahang atas ada gigi tambahan. Ada 1 gigi yang tak muncul, tapi tumbuh. Seharusnya di 1 rahang ada 16 gigi, tapi ini mlah 17 gigi. Terjawab sudah kebingunganku diawal melihat foto ronsen kemarin. Terus dokter nyuruh nyatet nama dan nomer hape, dan akan dihubungi 5 bulan lagi, karena antrian yang mau nyabut gigi bungsu ini lumayan banyak. Uwahhh.. sanggupkah menahan sakit hingga lima bulan kedepan.

Hasil Ronsen Panoramic

Yah kira-kira begitu pengalaman ku pakai BPJS kali ini. Nanti aku posting lagi kalau  sudah berhasil dikeluarkan ya sibungsunya. Tapi 5 bulan lagi. Hihihi.