Kamis, 12 Oktober 2017

MELAHIRKAN DENGAN BPJS

Agak flashback jauh ya moms,, melahirkan sudah hampir 9 bulan yang lalu dari sekarang, tau-tau mau berbagi cerita tentang saat itu karena dengar temen abis melahirkan dengan cara Caesar (wuihh rasanya, yang ngerasain pasti taulah yaa). 

Logo BPJS
 
Punya BPJS pas menginjak usia kehamilan di bulan ke tiga, BPJS dari kantornya mas bro yang baru mulai ada saat itu. Padahal ya pas masuk bulan ke-2 kehamilan aku sempet masuk rumah sakit, karena mabok parah, tapi belum punya BPJS, alhasil pakai dana pribadi,  yang ini ga dirembes kantor ku juga deh, jadi pakai uang tabungan hikz.. hikz..  waktu itu, abis masuk UGD terus  dirawat 3 hari 2 malam di kelas 3, pulang pas sore malam takbir, besoknya lebaran euy,, and you know abis berapa?  kurleb 3jtan, ohhh ngumpulinnya susah padahal. Ikhlas.. rejeki in shaa Allah ada terus. 

Akhirnya punya BPJS juga dari kantornya mas bro, baru 2 bulan punya eh aku masuk rumah sakit lagi donk ya, karena hal yang sama mabok parah, kali ini perawatan lebih komplit. Habis masuk UGD terus masuk ruang perawatan, kelas 2 sesuai dengan BPJSnya, 5 hari 5 malam, plus tranfusi darah 2 kantong dan USG (ini suamiku yang minta). Kali ini habis berapa ? kurleb 100rb sajah, karena biaya USG yang ga dicover karena keinginan sendiri. Dan vitamin yang direkomendasiin Dokter Kandungan dibeli di apotik luar Rumah Sakit. Emang rezeki ga akan kemana kan, hihi. 

Dan memasuki bulan ke-8 kehamilan, si bayi masih dalam posisi sungsang, saat itu masih berharap bisa lahir normal, tapi juga mempersiapkan kalau harus Caesar. Cari info untuk melahirkan dengan Caesar pakai BPJS.  Untuk prosedur persalinan Caesar harus ada indikasi medis seperti sungsang, gawat janin atau ketuban pecah dini dan lainnya. Periksa kehamilan di bidan atau faskes 1 ( ini yang ga aku lakuin, aku periksa dibidan deket rumah ), surat rujukan dari faskes 1, fotocopy ktp , kk dan kartu BPJS. 

Nah diakhir bulan ke-8 kehamilan, mulai deh mempersiapkan BPJS, karena posisi bayi yang ga berubah. Datanglah mas bro ke faskes 1, bawa buku periksa kehamilan dan hasil USG (buku pink itu loh). Dari faskes 1, ternyata saat itu mereka pakai bidan yang praktek sendiri yang ga ada di klinik tersebut. Di lihat buku pink tersebut, ternyata aku ga pernah periksa di bidan X (bidan yang ditunjuk faskes 1), mba CS klinik menyarankan aku kebidan X dulu. Yasudah akhirnya untuk kontrol selanjutnya (sekarang sudah 2 minggu sekali kontronya) aku memutuskan untuk kontrol dibidan X tersebut. 

Buku Periksa Kehamilan
 
Dan tibalah saat kontrol, sampai disana aku cerita sama bidan X tentang posisi bayi ku, dia liat buku pink aku, dan apa yang terjadi? Dia ga mau periksa aku, karena dari awal aku ga periksa di dia, dia bilang juga nanti ga enak sama bidan tempat aku periksa, karena mereka saling kenal. Nah loh… Daripada ga periksa, besoknya aku balik ke bidan ku untuk periksa. 
 
Ga lama sesudah itu, aku dan mas bro ke klinik faskes 1 lagi, untuk nanya dan USG disana, dan OMG hasil USG nya HPL ( Hari Perkiraan Lahirnya ) mundur 1 bulan dari HPL selama ini. Kaget bukan maen, jadilah si Faskes 1 ini tetep ga mau kasih surat rujukannya. Dan suruh aku balik lagi ke bidan X. Besoknya sepulang kerja suamiku balik lagi ke bidan X (kondisi kandungan ku 36 minggu saat itu). Dan kalian tau apa, bidan X bersedia membantu asalkan ada dana untuk booking tempat katanya, sekitar 3jt. Suamiku pulang ke rumah, jemput aku untuk ke bidan X, aku dan suami sampai di bidan X, dia menyanggupi membatu pakai BPJS asal ya itu tadi. Kali ini dia ramah banget, dan aku diperiksa, ternyata memang benar posisi si bayi sungsang. Dan dia bilang, ada tempat kosong malam ini di RS dan mungkin rejekinya si dede bayi katanya. Jadi bisa melahirkan malam ini juga. WHAT???? 

Kesel + Sebel bukan main sama mas bro alias suami ku itu, karena jawaban dia iya iya aja. 36 minggu, bayi ku mau dilahirin, apa dia ga mikir resikonya. Aku otomatis nolak lah, alasan ku waktu itu belum siap. Belum siap semuanya. Dan jawaban bu bidan X itu, Cuma siapin kain panjang aja kok, popok atau keperluan bayi bisa dibeli di toko depan RS. Ahhh… rasanya saat itu, pengen triak semua printilan bayi sudah siap, sudah di cuci, sudah di sterika. Huhhh… Tetap aku bilang “ENGGAK” hari ini aku ga mau lahiran. Akhirnya dia ngasih aku waktu 2 hari untuk berfikir, dan dia ngasih nomer hp nya, nanti kalau sudah 2 hari itu telfon dia, untuk mastiin tanggalnya. Aku ceritain semua sama ibu ku dan keluarga besarku. Dan aku putusin, aku ga mau balik ke bidan X itu. Biarlah aku melahirkan tanpa biaya BPJS.

Jadwal kontrol di minggu ke 37, aku bilang sama bidan ku, mau paket melahirkan yang dari dia aja. Tapi dia malah bilang pakai BPJS, kan punya, kenapa ga dipakai. Akhirnya aku ceritain aja semuanya. Dia sampai terheran-heran, dan dia mau bantu kalau ga dapet juga, nanti dia yang urusin surat rujukan dari puskesmas tempat dia praktek, dan ini tanpa embel-embel uang trimakasih alias GRATIS. Dia kasih lagi surat untuk ketemu DSOG ku, untuk mastiin tanggal. Beberapa hari kemudian aku ke RS untuk USG, dan dokter bilang posisi ga berubah tetap SUNGSANG. Aku minta tulis di buku pink kalau aku harus operasi. Karena masih penasaran, pulang dari RS, aku dan ibu ku ke klinik faskes 1. Aku tunjukin hasil atau tulisan dari DSOG ku yangmengharuskan operasi. Tapi mba CS ini masih kekeuh aku harus nunggu sampai HPL yang berdasarkan USG di faskes 1. Coba aja mba itung dari tanggal aku pertama periksa, akhirnya dikasih jugalah itu surat rujukan. Ternyata tanda tangan bidan X itu sudah tersimpan dikomputer faskes 1, jadi tinggal print aja gitu tanpa harus ada bidan X nya. Dari faskes 1, aku dan ibu ku langsung ke bidan tempat ku periksa, ngasih tau bu bidan kalau aku sudah dapet surat rujukan, dan dia rekomen tanggal untuk melahirkan. 

Berbekal surat rujukan, pas hari sabtu suami ku libur ngantor, dia ke RS untuk pesen kamar, dan ketemu DSOG ku, dan DSOG ku memutuskan hari senin operasinya. Kalau masalah perlengkapan in shaa Allah semua sudah siap, mental dan doa, itu yang harus dikuatkan. Karena aku belum pernah masuk ke ruang operasi. Takut? Iya, tapi keluarga besar bilang, udah ga usah dipikirin, tenang aja. Oia hari minggunya aku mesti cek darah, di lab RS. Padahal udah dapet rujukannya, eh tapi mas bro salah daftar, seharusnya daftar di loket BPJS, dia malah daftar di loket umum, alhasil kena bayar deh. Kurleb 200rb deh kalau ga salah inget. 

Senin pun tiba, pagi-pagi dari rumah, naik mobil dianter bapak ,ibu, bude dan pakde, mas bro naik motor. Sampai di RS mas bro daftar lagi, di loket BPJS, dapat no kamar, sandal dan perlengkapan mandi. Naik ke atas, ditawari mau diantar ga (pakai kursi roda). Aku nolak, ga usah mba, jalan aja. Sampai atas, mas bro kasihlah surat2 dari bagian administrasi ke perawat yang jaga, terus aku dipanggil, disuruh pipis or pup, tapi cuma bisa pipis aja. Terus ganti baju operasi, semua yang ada di badan di lepas, kalung,cincni dan anting, karena anting ini udah lama banget jadi susah dilepasnya. Hasilnya dilepas sama petugas operasinya pakai tang kecil. 

Nunggu giliran, lumayan lama ya. Pas giliran itu datang, semua  yang nganter bilang santai aja ya, ga usah mikirin apa-apa.  Masuk ruang operasi, diajakain ngobrol santai siy sama perawat dan petugasnya, dokter2nya pun baik dan ramah. Disuntik anastesi sambil bungkuk, sebelumnya di semprot cariran apa gitu, rasanya digin. Abis itu seprauh badan bagian bawah kebal dan ga bisa diapa-apain. Operasi pun dimulai, berbagai alat di tempel dibadan dan jari untuk monitor kondisi (entah apalah namanya). Salah seorang petugas menyuruh tidur, tapi aku ga bisa tidur, denger suara darah yang disedot, suara alat yang di taruh di tempat alumunium bergantian. Dan tangis si bayi pun kedengeran pukul 09.45 pagi, lega, dibawa sama dokter anak, dan aku langsung nanya “ lengkap ga dok?” (pertanyaan apa itu) Alhamduliilah lengkap, beratnya 2850gr panjang 48cm, perempuan. Langsung IMD, ga sampai 1 menit aku rasa, dede bayi pun dibawa untuk dibersihkan. 

Selesai urusan jahit menjahit perut, aku dibawa ke ruang  observasi, bergantian yang nganter datang 1 per 1, sedih mau nangis (udah nangis deh).  Si dede bayi, di ruang observasi bayi dan sudah di azankan oleh ayahnya. Terus aku dipindah ke ruang perawatan. Dikasih  makan dan minum, obat bius perlahan mulai hilang. Si bayi baru dibawa keruangan ku sore hari, sekitar jam 4. Saat itu aku dan mas bro, bingung gimana ngambilnya karena saat itu kami hanya berdua, akhirnya minta bantuan suster. Habis magrib keluarga ku datang lagi. Liat si bayi kecil. Malam pun tiba, efek obat bius pun hilang, rasa sakit yang ga bisa ditahan, nangis, mas bro bolak balik panggil suster. Minta obat tapi ga dikasih, sampai aku bener-bener ga kuat. Aku minta obat sama suster, “ besok pagi ibu ga dapat jatah obat lagi ya” kata susternya. Pikir ku sabodolah, yang penting sakitnya sekarang berkurang. Ehtapi besok paginya tetep dapet obat yang sama, pereda rasa sakit (entah namanya apa). 

Sesuai dengan BPJS, aku dirawat di kelas 2, kalau dari pelayanan sama aja, semua suster ramah, bersih, tapi kalau di kelas 3 isinya 3 orang, kalau kelas 2 isinya 2 orang. Ini siy kebijakan masing-masing RS ya. Aku dirawat 3 hari 2 malam di RS. Hari ke 2, mas bro minta surat keterangan lahir, terus ngurus ke kantor BPJS untuk ngurus BPJS bayi, harusnya siy HRD yang ngurusi, tapi mungkin lagi sibuk, jadi mas bro sendiri yang ngurus. Selesai dalam 1 hari, terus setor ke RS. Teman sekamarku juga pakai BPJS tapi mandiri bukan yang dari perusahaan, tapi bayi nya baru difatarin BPJS, sedangkan BPJS baru aktif 14 hari setelah daftar. Jadi bayi mereka ga di cover BPJS. Hari terakhir pas mau pulang, mas bro ngurus administrasi lagi, dan free alis GRATIS, (Cuma bayar obat yang ga di cover siy, sekitar 50rb). Dede bayi pun GRATIS. Kalau teman sekamar ku, dia juga GRATIS ibunya (bayar obat juga yang sama kaya aku) dan si bayi kena sekitar 1jutaan. Gapapalah ya. Coba kalau semua bayar, mungkin bisa kena 10jutaan kali ya. Ga dapet rinciannya siy. Alhamdulillah rezeki lagi. 

Aku dan dede bayi dapet jatah 1 kali kontrol. Seminggu kemudian aku kontrol ke DSOG ku, buka perban dan liat jahitan, bagus dia bilang. Dan ga ditutup lagi.  OMG ngeri lah.. Dan si dede (ini yang aku sesali) dia di bilang kuning, jadi DSA nyuruh tes darah bilirubin, bayi sekecil itu diambil darahnya, aku sampai ga tega mau masuk lab, aku nangis di depan pintu lab. Sesudah itu aku langsung pulang, aku ga tungguin tuh hasil lab. Tes darah ditanggung BPJS juga dan Free (tapi gratisan kali ini ga bikin aku bahagia). Aku bawa bayi ku ke bu bidan tempat ku periksa, aku ceritain, dia mah baik banget dan bikin tenang, gapapa ini mah, jemur aja, sama terus susuin. Entar juga hilang. Dia minta ambil aja hasil tesnya. Pulang kerja mas bro ngambil hasil tesnya, terus aku bawa lagi ke bu bidan, bilirubinnya 14,9. Bu bidan tetep Cuma nyuruh, di jemur aja, dan di susuin(ASI).  Alhamdulillah semua berlalu, sekarang dia tumbuh sehat, lincah dan pintar. Dia membawa kebahagian buat semua keluarga. Semoga kelak selalu begitu ya de.. Doa kami di nadi mu (eeaa lagu). 

Buat yang mau pakai BPJS, kalau belum punya, buruan bikin deh, karena berguna banget saat dibutuhkan. Kalau belum dibutuhkan, ya itung2 amal membantu yang lain ya, hihi. Buat yang udah punya, jangan lupa bayar tiap bulan, nanti kena denda loh dan kalau tiba-tiba butuh jadi ga bisa dipakai BPJSnya.  Terus kalau mau pakai BPJS mendingan ikutin peraturan dan alurnya deh, jangan kaya aku dan suamiku, jadi ribet dan ada bagian yang seharusnya gratis jadi bayar hoho.in shaa Allah dimudahkan untuk semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar